Saya menjajal naik Gunung Prau di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, pada akhir Agustus 2014 bersama teman-teman sekantor majalah GeoTimes. Bagi saya pribadi, itu adalah pengalaman pertama mendaki gunung. Karena itu, ada rasa puas mendalam ketika bisa mencapai puncak dan melihat matahari terbit di sana. Indahnya sampai bikin dada sesak.
Gunung Prau memiliki ketinggian 2.565 meter di atas permukaan laut. Kami memulai pendakian dari wilayah Patak Banteng. Dari sana, selama kurang lebih dua jam kami berjalan melalui tiga pos: Sikut Dewo, Canggal Walangan dan Cacingan. Treknya kian curam dari awal hingga jelang puncak. Bahkan setelah melewati pos 3, Cacingan, ada satu bagian yang harus didaki dengan berpegangan pada tali saja. Sementara tak ada pijakan stabil di kiri-kanan.
Sesampainya di atas, udara terasa dingin sekali. Saya berangkat pukul 9.30 dan tiba nyaris tengah malam. Saat subuh, suhu sempat mencapai 1 derajat celcius. Kata salah seorang pemandu, terkadang bahkan bisa menyentuh angka minus. Alhasil, saya cuma bisa menghangatkan diri di sebuah api unggun kecil sembari menunggu pagi. Ketika fajar tiba, semua serentak bangun dan keluar dari tenda. Saya merinding kala matahari terbit perlahan dan sinarnya melabrak pandangan. Semua bertepuk tangan kencang lalu menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Pulangnya, pemandu mengantarkan kami turun melalui jalur evakuasi. Tak kalah indahnya, kami berjalan mengitari gunung sembari menyusuri hamparan sawah dan kebun beraneka ragam tanaman. Dari situ, kami juga bisa melihat Telaga Warna dengan jelas. Sama dengan saat datang, butuh kurang lebih dua jam perjalanan sebelum sampai kembali di Patak Banteng. Lelah, tapi begitu berkesan dan menyenangkan.
Kamera: iPhone 5.
Lihat juga Jelajah Dieng.