Saatirah: Potret Kegetiran Perempuan

Andro dan Saatirah.
Andro dan Saatirah. Felix Jody Kinarwan.

Saatirah mewujudkan diri. Karakter fiktif dari novel karangan Niknik M. Kuntarto tersebut muncul di atas panggung dalam pentas yang dibawakan Teater KataK di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, pada 16 Mei 2014.

Trilogi novel Saatirah telah dimulai sejak terbitnya buku pertama pada Mei 2010. Empat tahun berselang, buku kedua resmi diterbitkan dengan judul Saatirah Menggugat. Dalam rangkaian acara peluncuran buku teraktual, Teater KataK diminta untuk membawakan kisah adaptasi novel Saatirah di atas panggung.

Saatirah berkisah soal ketegaran dan kegetiran mendalam sosok perempuan. Diceritakan bahwa suami Saatirah, Andro, berpaling pada wanita lain yang berusia jauh lebih muda. Saatirah harus menerima kenyataan pahit bahwa ia bukan lagi prioritas utama dalam hidup Andro.

Sosok Saatirah dalam pementasan diperankan oleh Irene Sonia, sementara sang suami, Andro, diperankan Akmal Azadine. Keduanya adalah mahasiswa UMN angkatan 2013.

Secara keseluruhan, tempo permainan yang ada berjalan lambat. Banyak monolog panjang Saatirah yang dibawakan dengan datar sehingga kesan monoton tak bisa dihindari. Namun, duka mendalam dan dilema batin sosok Saatirah cukup berhasil ditonjolkan dalam pementasan ini.

Karakter Saatirah yang naif terlihat mencoba memegang teguh prinsip ajaran ibunya untuk selalu menghormati dan melayani suami. Hal inilah yang kemudian jadi bumerang baginya. Rasa iba bahkan membuat Saatirah mengizinkan wanita lain masuk dalam hidup Andro.

Pentas ini berakhir dengan menggantung. Diperlihatkan bahwa Andro marah besar kala mengetahui Saatirah mengintip surel pribadinya yang berisi interaksi mesra dengan sang wanita ketiga. Walau begitu, lagi-lagi Saatirah harus kembali mengalah. Dengan berat hati, ia mencoba patuh pada nasib yang membawanya sebagai objek sengsara.

“Kesulitan pertama untuk memindahkan kisah Saatirah dari medium novel ke teater adalah menyelaraskan plot ceritanya. Kadang-kadang, apa yang dituliskan sulit untuk dibawa ke atas panggung, karena banyaknya setting dan karakter. Itu harus bisa disederhanakan. Selain itu, kita pun harus bisa meringkas novelnya sendiri. Karena keterbatasan waktu, akhirnya kami hanya bisa mengangkat seperempat bagian saja dari novel Saatirah,” tutur Venantius Vladimir Ivan, sutradara pementasan.

Teater KataK telah resmi berdiri sejak Juni 2009 lalu. Saatirah adalah produksi ke-32 Teater KataK. Selama ini, mereka kerap memainkan naskah komedi seperti Perkawinan hasil adaptasi Marriage karya sastrawan Rusia, Nikolai Gogol, serta Dokter Gadungan hasil adaptasi Le Médecin malgré lui karya sastrawan Prancis, Molière.

“Mementaskan Saatirah ini seperti kita mulai dari awal lagi. Gayanya beda sama kita yang selama ini bikin penonton tertawa,” ujar Ivan lagi. “Secara keseluruhan, saya lihat pentas Saatirah berhasil dibawakan dengan cukup baik, dan saya harap suatu hari kita bisa mementaskan ulang kisah ini.”

***

Catatan
1. Tulisan ini pertama dimuat di media online GeoTimes.co.id.

Bagikan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top