Tentang Mundurnya Perdana Menteri Puyol

Carles Puyol.
Carles Puyol. Sumber: fcbarcelona.com.

Carles Puyol i Saforcada adalah sebuah kontradiksi, gabungan dari rasa santun dan keras kepala di saat bersamaan. Hal itu telah tercermin sejak masa remaja, saat kedua orangtuanya tak terlampau setuju dengan arah karier Puyol sebagai pesepak bola. Namun, Puyol selalu meletakkan kemudi masa depan di kakinya sendiri.

“Dahulu, orangtua saya merasa skeptis soal kemungkinan saya menjadi pesepak bola dan mendorong saya untuk lebih mendalami studi (akademis),” ujar pria yang gemar membaca buku ini.

Belum lagi posisinya di lapangan yang kerap berubah-ubah semenjak bergiat di akademi sepak bola lokal kampung halamannya, La Pobla de Segur, Catalunya pada 1993-1995. Awalnya ia bermain sebagai kiper, sebelum cedera bahu memaksanya berpindah haluan menjadi seorang striker.

Saat bergabung dengan akademi sepak bola Barcelona, La Masia, pada 1995 pun ia sempat menjajal posisi gelandang bertahan. Baru dua tahun kemudian, ketika Puyol naik tingkat ke tim B Barcelona, ia mendapat posisi baru sebagai bek kanan.

Usai dipromosikan oleh Louis van Gaal dan melakoni debut melawan Real Valladolid pada 2 Oktober 1999, Puyol pun kerap dimainkan sebagai bek tengah – yang akhirnya menjadi identik dengan dirinya hingga kini.

Sebagai palang pintu terakhir sebelum masuk ke kotak penalti Barca, Puyol sukses membangun reputasinya. Namun, sang ayah, Josep Puyol, tampak tetap tak terlalu antusias dengan hal tersebut. Bahkan, hingga ajal menjemputnya dalam sebuah kecelakaan di tempat kerja pada awal November 2006, ia belum pernah sekalipun menyaksikan pertandingan sang anak di Camp Nou.

Faktanya, satu-satunya pertandingan Puyol dalam balutan seragam Barca yang disaksikan langsung oleh sang ayah sepanjang hidupnya adalah final Liga Champion melawan Arsenal pada musim panas 2006.

Selain itu, Puyol sendiri identik dengan rambut keriting nan urakan sejak awal kariernya. Tampilannya lebih mengingatkan kita akan Steven Tyler, vokalis band hard rock asal Amerika Serikat, Aerosmith, dibandingkan pesepak bola pada umumnya. Hal ini bahkan sempat membuat jengah van Gaal.

“Apa masalahmu, apa kamu tidak punya uang untuk potong rambut?” tanya van Gaal di kantornya pada Puyol saat berusia 19 tahun. “Saya diam saja,” ujar Puyol mengingat peristiwa tersebut, “dan hingga hari ini tetap mempertahankan rambut saya tetap seperti itu.”

Puyol lebih memilih untuk diam, dan menunjukkan kapasitasnya di atas lapangan. Selama ini, Puyol memang pria yang relatif jauh dari kontroversi. Pada 2006 lalu, ia berujar lebih senang dengan “kehidupan yang sangat tenang. Saya juga tak pernah pergi ke klub malam di Barcelona dalam beberapa tahun terakhir. Kalau ingin pergi keluar, saya akan pergi ke restoran bersama teman-teman saya.”

Hal ini akhirnya terefleksi pada cara bermain Puyol di atas lapangan. Menurut data yang dilansir ESPN, sejak musim 2001/2002 hingga kini, Puyol telah menerima 106 kartu kuning dan tiga kartu merah saja saat membela Barca dan negaranya. Bandingkan dengan Sergio Ramos, juniornya di tim nasional Spanyol yang berposisi sama. Sejak musim 2003/2004 hingga kini, Ramos telah menerima 155 kartu kuning dan 17 kartu merah.

Puyol sendiri adalah seorang pekerja keras saat latihan maupun pertandingan. “Saya tidak memiliki teknik Romario, kecepatan (Marc) Overmars atau kekuatan (Patrick) Kluivert. Namun, saya bekerja lebih keras dari yang lainnya. Saya seperti murid yang tidak cukup pintar, tapi bekerja untuk memperbaiki hasil ujiannya dan akhirnya bisa menghasilkan nilai cukup baik,” ujar Puyol pada 2010 lalu.

Untuk memahami lebih jauh soal Puyol, kita harus mengerti terlebih dahulu soal lingkungan dan kehidupan sosial budaya di sekelilingnya saat ia tumbuh besar. Puyol lahir pada 13 April 1978, di tahun yang sama saat Konstitusi Spanyol yang menjadi salah satu jembatan transisi dari sistem pemerintahan otoriter ke demokrasi diaktifkan secara resmi.

Hal ini dipicu oleh wafatnya Francisco Franco pada 1975, jenderal yang memerintah Spanyol secara otoriter dengan dukungan penuh tentara selama lebih dari 37 tahun. Alhasil, tahun-tahun setelahnya diisi dengan gejolak penuh ketegangan dan ketidakpastian.

Sebagian besar tentara dan kelompok kanan yang ada pada saat itu ingin agar sistem otoriter Franco terus dilanjutkan, menepis tuntutan besar publik untuk melaksanakan sistem demokrasi. Namun, Pangeran Juan Carlos yang ditunjuk Franco sebagai suksesornya ternyata punya pemikiran berbeda. Demokrasi dipilih sebagai bentuk ideal ketika itu.

Tantangan yang ada untuk mewujudkannya tidaklah kecil. Di masa-masa awal, Spanyol dilabrak resesi berat dengan tingginya tingkat pengangguran (20%) dan inflasi (16%). Bahkan, pada 23 Februari 1981, terjadi percobaan kudeta oleh Letnan Kolonel Garda Sipil Antonio Tejero bersama 186 anak buahnya. Dengan senjata lengkap, mereka menyerbu parlemen yang sedang bersidang. Suasana mencekam dan penuh ketakutan di sana bertahan hingga 18 jam lamanya, sebelum Tejero menyerah dan selanjutnya dihukum penjara 30 tahun.

Puyol kecil mau tak mau melewati masa kecilnya di masa-masa penuh pergejolakan tersebut. Ia pun menjadi bagian dari rakyat yang ikut mengawal konsolidasi panjang sistem demokrasi Spanyol. Saat itu mungkin ia belum tahu banyak soal kisruh berkepanjangan negaranya sendiri, tapi rasa muak dan kebencian mendalam rakyat selama puluhan tahun lamanya pada sosok Jenderal Franco bisa jadi ikut menular pada dirinya.

Apalagi Puyol lahir di Catalunya, daerah yang memiliki dendam historis panjang terhadap Franco. Friksi beragam di tengah masyarakat Spanyol, baik soal politik, agama dan isu lainnya mendorong timbulnya perang saudara pada 1936 antara kelompok Republik dan Nasionalis (pemberontak).

Perang tersebut akhirnya memancing perseteruan tajam antara Real Madrid yang dianggap sebagai simbol wilayah Kastilia dan Barcelona sebagai simbol Catalunya. Belum lagi sejak Franco memimpin pada 1939, muncul larangan penggunaan bendera dan bahasa Catalunya di Spanyol. Pada 6 Agustus 1936, Presiden Barcelona FC kala itu – yang sekaligus merupakan perwakilan partai politik pro-kemerdekaan – Joseph Sunol, tewas dibunuh tentara afiliasi kelompok Nasionalis di bawah arahan Franco. Pada 1938 pun Barcelona menjadi target pemboman udara yang menyebabkan hancurnya kantor Barcelona FC.

Kemenangan Real Madrid 11-1 atas Barcelona di leg kedua Copa del Generalisimo pada 1943 juga terjadi usai kedatangan Franco ke ruang ganti Barca sesaat sebelum pertandingan dimulai. Hal itu dipicu oleh kekaguman Franco akan Real Madrid dan hasil pertemuan pertama saat tim tersebut kalah 0-3 dari Barca.

Berbagai kejadian tersebut akhirnya terakumulasi menjadi sebuah dendam laten dan pervasif masyarakat Catalunya yang diwakili oleh Barcelona, pada negara Spanyol tempatnya bernaung yang seakan-akan diwakili oleh Real Madrid. Maka wajar bila wacana Catalunya untuk melepaskan diri dari Spanyol kerap muncul dari waktu ke waktu.

Kini, pemerintahan Spanyol bersifat monarki-parlementer dengan raja sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Dengan begitu, kekuasaan eksekutif ada pada perdana menteri yang bertanggung jawab pada parlemen.

Dengan etos kerja dan komitmen tinggi pada klubnya, Carles Puyol telah menjelma menjadi perdana menteri Barcelona FC selama 19 tahun masa baktinya di sana. Sejak resmi menjabat sebagai kapten tim pada akhir musim 2003/2004 – menggantikan Luis Enrique yang pensiun di saat sama – kehadiran Puyol selalu memberi dampak positif di ruang ganti ataupun di atas lapangan.

Ada sembilan pelatih yang silih berganti melatih Barca selama karier Puyol di sana, dari Sir Bobby Robson ketika Puyol masih berada di Barcelona C, hingga Gerardo Martino kini. Mereka adalah raja yang menentukan taktik dan cara bermain Barca di atas lapangan. Namun kala di atas lapangan, Puyol adalah perdana menterinya.

Suatu hari saat Puyol baru kembali dari cedera panjang, duetnya di lini pertahanan, Gerard Pique, sempat berujar di tengah pertandingan, “Puyi, saya rindu bermain bersamamu.” Namun, Puyol justru menyuruhnya untuk diam dan berkonsentrasi pada pertandingan.

Di laga lain, Barca sedang unggul jauh dan tinggal beberapa menit waktu tersisa. Saat melihat Pique agak bersantai di tengah situasi tersebut, Puyol sontak membentaknya.

“Santai saja, kita unggul 4-0 dan tinggal tiga menit tersisa,” ujar Pique saat itu.

“Lalu kenapa? Fokus! Saya kenal sekali gayamu,” hardik Puyol.

Menjelang akhir musim 2013/2014, Puyol telah mengumumkan keputusannya untuk pensiun sebagai pesepak bola. Cedera berkepanjangan dan turunnya performa menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut. Banyak pelaku sepak bola terkejut dan melontarkan rasa sesalnya akan hal ini.

“Tidak semua orang punya keberanian untuk memutuskan kontrak saat masih ada dua musim lagi tersisa. Jika Anda berlatih bersama Puyol setiap hari, Anda akan melihat dia tak seperti berusia 36, dia seperti anak-anak berusia 18. Buat saya dia selalu menjadi kapten abadi,” tutur Cesc Fabregas.

Keputusan ini memang melambangkan karier Puyol selama ini. Ia memulai, dan mengakhiri kariernya atas kehendak sendiri. Tanpa pengaruh orang lain, ia mengenali batasan dan mengucap perpisahan.

“Anda tahu apa yang saya pikirkan soal Carles, dia adalah contoh buat semuanya. Seorang pemimpin di dalam dan di luar lapangan,” ujar Vicente Del Bosque.

Selanjutnya, Puyol akan bertugas sebagai asisten bagi Direktur Olahraga Barca, Andoni Zubizarreta. Pique pun harus bersiap kena bentak Puyol kembali bila malas-malasan di sesi latihan atau pertandingan.

Bagikan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top