Pada 2-5 Oktober 2015, saya berkesempatan pergi ke Lombok untuk pertama kalinya, mengikuti serangkaian acara Jelajah Negeri Tembakau III. PT Djarum jadi sponsor acara ini. Mereka mengajak 15 bloggers dari berbagai kota, termasuk Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya untuk menengok kebun tembakau jenis Virginia FC di Desa Wajageseng, Lombok Tengah.
Selain itu, para peserta juga sempat mampir semalam ke Desa Adat Bayan, Karang Bajo, Lombok Utara. Di sana, masyarakat masih menjaga teguh warisan adat nenek moyang. Kami pun berdiskusi panjang soal usaha pengembangan pariwisata di daerah ini, yang kerap kurang promosi dan kalah pamor dibanding berbagai destinasi wisata daerah tetangga: Bali.
Padahal, Lombok punya segala modal untuk jadi magnet turis mancanegara. Di sana ada kebun tembakau luas, desa-desa adat masyarakat suku Sasak yang penuh warisan budaya, berbagai pantai sepi nan eksotis, dan masih banyak lainnya. Lombok tak melulu soal Gunung Rinjani, Pantai Senggigi, dan Gili Trawangan.
Sebut saja duet air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep di kaki Gunung Rinjani yang masih awam di telinga masyarakat perkotaan di Pulau Jawa seperti saya. Beruntung, kami mampir ke sana pada hari ketiga di Lombok. Sendang Gile hanya berjarak 15 menit jalan kaki santai dari pintu masuk. Sementara itu untuk mencapai Tiu Kelep, kita mesti lanjut berjalan lagi selama kurang lebih setengah jam. Alamnya asri. Sayang, sampah mulai bertebaran di sepanjang jalan.
Kamera: Canon 600D | Lensa: 18-55 mm.
Lihat juga Berhenti Sejenak di Malimbu.